Perjuangan-perjuangan membawa kesulitan-kesulitan. Perjuangan besar tidak hanya menuntut pengalaman, tetapi juga menuntut keberanian.
–Bung Karno–

Kita tentu sering mendengar semboyan JASMERAH yang merupakan kepanjangan dari “Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah”. Semboyan yang didengungkan oleh Bung Karno dalam HUT Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1966 memiliki makna yang mendalam. Kita sebagai bangsa yang besar haruslah melihat kembali bagaimana sejarah setiap perjuangan pahlawan dan seluruh rakyat Indonesia di masa lampau agar menjadi refleksi diri dan mempunyai arah dan pedoman ke depan, sehingga kita dapat menjaga dan melestarikan identitas atau jati diri kita sebagai bangsa Indonesia.
Seperti artikel sebelumnya, sejarah merekam banyak pergerakan-pergerakan yang telah dilakukan oleh generasi muda. Oleh karena pengaruh baik dari pergerakan-pergerakan pemuda tersebut, mereka menginisiasi peristiwa kongres pemuda sebagai salah satu wujud dari tujuan pendirian organisasi-organisasi pemuda saat itu. Melalui kongres tersebut, pemuda berkontribusi dan berperan sebagai penggerak dalam menyatukan masyarakat Indonesia yang beragam.
Kongres pemuda diadakan dua kali yakni Kongres Pemuda Pertama dan Kongres Pemuda Kedua. Berangkat dari keresahan akan kurangnya rasa persatuan dan kesatuan, para pemuda bertekad untuk membentuk sebuah wadah atau ruang diskusi antar pemuda dari berbagai daerah di Indonesia dalam rangka membangun rasa nasionalisme kebangsaan. Pada artikel ini, kita akan membahas tentang Kongres Pemuda Pertama yang diketuai oleh Mohammad Tabrani.
Kongres pemuda pertama diadakan di Batavia (Jakarta) pada tanggal 30 April hingga 2 Mei 1926. Organisasi-organisasi pemuda yang terlibat demi menyukseskan acara tersebut yaitu diantaranya Jong Java, Jong Soematranen Bond, Jong Ambon, Jong Celebes, Sekar Roekoen, Jong Bataks Bond, PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia), dan organisasi pemuda lainnya. Susunan kepanitiaannya sebagai berikut:
Ketua : Mohammad Tabrani Soerjowitjitro (Jong Java)
Wakil Ketua : Soemarmo (Jong Java)
Sekretaris : Djamaludin Adinegoro (Jong Soematranen Bond)
Bendahara : Soewarso (Jong Java)
Anggota : Bahder Djohan (Jong Soematranen Bond)
Jan Toule Soulehwij (Jong Ambon)
Paul Pinontoan (Jong Celebes)
Achmad Hamami (Sekar Roekoen)
Sanusi Pane (Jong Bataks Bond)
Sarbani (Jong Soematranen Bond)
Peserta : Berbagai pemuda dari beragam organisasi pemuda
Pembicara : Soemarto, Moh. Tabrani, Muh. Yamin, Bahder Johan, dan Pinontoan
Tujuan daripada pelaksanaan kongres pemuda selama tiga hari ini adalah untuk membahas persoalan-persoalan yang sedang dihadapi pada masa itu, seperti pembentukan badan terpusat, gagasan persatuan, peran wanita, agama, dan bahasa. Selain itu, kongres tersebut bertujuan untuk membangun rasa semangat persatuan antar organisasi pemuda.
PELAKSANAAN KONGRES
Pada hari pertama, Mohammad Tabrani sebagai ketua kongres membuka kongres secara resmi di Gedung Vrijmetselaarsloge pada jam 20.00. Dalam pidatonya, ia menegaskan bahwa kongres pemuda diadakan dalam tujuan untuk membangkitkan semangat kerja sama antar organisasi pemuda demi terwujudnya dasar persatuan bangsa Indonesia dan hubungannya dengan dunia. Setelah itu, para pembicara dari berbagai organisasi pemuda yang hadir diberi waktu untuk berbicara tentang dukungan mereka terhadap pertemuan tersebut. Dilanjutkan dengan gagasan Soemarto yang mengusulkan untuk membentuk perkumpulan bagi kaum muda Indonesia.
Pada hari kedua yang dimulai pada jam 20.00, pembahasan kongres dilanjutkan dengan topik kedudukan wanita dalam perjuangan kemerdekaan yang dibicarakan oleh Bahder Djohan, Stientje Ticoalu-Adam, dan Djaksodipoera. Bahder berbicara tentang kedudukan wanita dalam masyarakat Indonesia yang membahas tentang persoalan perempuan dan perannya dalam mengajarkan rasa cinta tanah air dan bangsa kepada anak-anak melalui keluarga. Ceramah dilanjutkan oleh Nona Adam yang menekankan bahwa perempuan berhak mendapatkan kebebasan dan hak lain yang setara dengan kaum pria. Ceramah ketiga ditutup oleh Djaksodipoera yang membahas tentan posisi lemah wanita dalam ikatan perkawinan.
Pada hari ketiga, kongres dibuka pada jam 09.00. Dua pembicara yaitu Muhammad Yamin dan Pinontoan memberikan gagasan-gagasan mereka. Muhammad Yamin mengusulkan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan dan percakapan. Sedangkan Pinontoan membahas tentang peran agama dalam pergerakan nasional yaitu untuk menyongsong masa depan yang lebih cerah. Ia menekankan bahwasanya agama tidak boleh dikaitkan dalam politik. Oleh karena itu, pentingnya pembentukan suatu persatuan antar umat beragama.
Penulis: Dian Nurjannah
Referensi tulisan: kompaspedia (2020)
Pertiwi, Budiyono, Sutjitro (2013)
Bagikan ini:
- Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru)